Zayn’s P.O.V
Pertemuaan yang tidak terduga, kami bertemu disebuah café di
kota ini. Kami bertemu karena kesalahaku. Kesalahan yng takkan pernah aku
sesali.
*Flashback*
Aku sedang duduk disudut café ini, bangku yang menghadap ke
jendela sehingga aku bisa melihat tetesan air hujan, tempat ini merupakan titik
spot yang aku sukai. Aku bisa memandangi lalu lalang orang-orang yang mulai
memakai payung, dan beberapa dari mereka yang menggunakan jas hujan, atau hanya sekedar
merapatkan jaket tebal mereka. Sampai mataku tertujuh pada seorang gadis yang
berlari menuju café ini untuk berteduh. Ya, sekarang memang sedang berlangsung
musim hujan.
Dia, gadis itu berlari dengan rambut brunette bergelombangnya yang tergerai indah.
“Cause you’re amazing just the
way you are. . .”
Aku terkagetkan dengan suara Bruno Mars yang berasal dari
handphone ku.
“waalaikum salaam, ada apa?.
Oh, okay aku akan menjeputmu sebentar
lagi. Iya iya bawel!! Aku sayang padamu. Bye..”
Oh iya, yang menelfonku tadi adalah adikku, Waliyha. Aku melihat jam tanganku, menunjukan pukul 2 siang. Sudah saatnya untuk menjemput adikku dari sekolahnya. Lalu aku bangkit dari kursi ini langsung berjalan kearah pintu keluar.
“Aduh!!” Suaran perempuan yang lembut membuatku
menoleh kearah kiri ku.
“ Hei! Lihat apa yang telah kau
lakukan, kau menumpahkan Vanilla Latte ku. Ah, aku harus mengantri lagi tapi
antriannya panjang kau tahu. Hei! Tuan, kenapa kau diam saja!!”
dia melambaikan tangannya tepat disepan wajahku.
“Eh, oh maafkan aku nona. Maafkan
aku, aku tak sengaja menabrakmu. Sekali lagi maafkan aku”
Bodoh, bodoh, kau bodoh Zayn. Kenapa kau harus terdiam
seperti tadi? Memelukan.
“Nope,
aku sudah memaafkanmu”
Seulas senyum muncul dari bibirny yang menurutku, sangat
manis.
“begini,
aku akan mengganti minumanmu. Kita impas”
kataku sambil meberikan beberapa lembar uang.
“ah,
tidak. Tidak usah, lagipula aku sudah tidak nafsu lagi untuk minum” dia
menolak. senyumnya kembali muncul.
Ya, dia adalah gadis yang sedari tadi aku perhatikan. Oh
God, senyuman itu. Jangan biarkan aku mati disini.
“kalau begitu aku saja yang akan
mengantri untuk membelikanmu minum, tadi kau bilang antrianya panjang” kataku.
“Tidak perlu, kau terlihat sedang
terburu-buru. Erm.. Dan hujan sudah mulai redah. Aku akan segera pulang”
Katanya dengan wajah yang agak menghadap ke jendela.
“Ya,
aku memang sedang terburu-buru. Aku akan menjemput adikku dari sekolahnya, kau
ingin pulang? Lebih baik kita berjalan bersama” tawarku padanya.
“Erm..
Baikla. Ayo cepat, sebelum hujannya akan menjadi deras lagi” dia berjalan
mendahuluiku.
0 komentar:
Posting Komentar